Senin, 04 Mei 2020

PENGALAMAN MENULIS DI PENERBIT MAYOR




Pertemuan ke 6      : Senin, 4 Mei  2020
Waktu                   : 13.00-15.00 WIB
Pemateri                : Drs. Ukim Komarudin, M.Pd
Topic                       : Pengalaman Menulis Buku Di Penerbit Mayor
Peresume               : Hamam Nasirudin, S.Pd.I., M.Pd.I ( hamamrq@gmail.com)

A.      MATERI DARI SEMINAR
Saya sangat berterima kasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi. Saya masih belajar. Jadi mohon maaf apabila yang saya sampaikan sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi dalam kesempatan seperti ini. mohon doanya, semoga bermanfaat.
Pertama, saya berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi saya. Oleh karena itu, saya merasa sangat penting agar saya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu saya menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat saya. Saya tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan saya. Saya juga tidak perduli  dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.
Selain menulis apa adanya, saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.
Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya bagus. Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga, tulisan saya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggaltulisan saya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dsb.
Karena komentar tersebut, saya mencoba membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam semua kejadian karena saya memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang saya tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Demikianlah waktu itu, saya yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran.
Saya diinterview terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadi saya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah saya banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.
Saya banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat saya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika  saya menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada,  apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.
Jujur, ada jarak agak lama berselang setelah kejadian itu. Saya menganggap perlu waktu untuk menjernihkan pikiran. Untunglah manusia itu punya sahabat. Saya menceritakan permasalahan yang saya rasakan kepada teman yang sudah menjadi penulis "beneran". Hebatnya, beliau menceritakan bahwa pengalaman yang saya dapatkan itu baik dan mestinya disyukuri. Ia kemudian menjelaskan tentang proses menulis yang melibatkan tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada pembaca. Ia menyudutkan saya dengan mengatakan bahwa sikap saya menyebabkan tulisan saya hanya untuk sendiri. kalau pun nanti ada yang membaca itu hanya segelintir orang saja. Itu berarti, saya minimal dalam memberi manfaat buat orang lain atau istilah lainnya saya egois.
Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebi ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya sepertinya  punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya saya memang harus dipoles di sana sini.
Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.
Oleh-oleh itulah yang menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menangkut buku saya selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju.
Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan hyang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga saya tidak pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. kebetulan saya pembicara, saya berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit. Kurang lebih, seperti itulahkira-kira. mohon maaf apabila kurang lengkap. semoga dapat dilengkapi ketika nanti tanya jawab.


B.      RANGKUMAN TANYA JAWAB
P1 :
Assalamu'alaikum. Saya Ratna Jumpa dari Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana  kriteria layak atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Trima kasih.
J1:
Ibu Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik

P2 :
Assalamualaikum Om Ukim yg budiman, perkenalkan sy Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya bertanya ttg pengalaman om Ukim dalam tulis menulis:
1. Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik.
2. Media apa t4 mempublish tulisan om pertama kali.
3. Gimana latar belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller,  dan buku besy seller
    tsb brp exsemplar laku dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak privasi)
4. Dari awal mulai om menulis sanpai sekarang, ada ndak berubah motivasi oom ukim dalam
    menulis.
5.saat oom di intervew sama siapa, dan apa hal yg sangat berkesan dari intervew tsb.
6.keseharian om ukim seperti apa kesibukannya.
7.apakah buku karya om ukim semua diterbitkan di mayor..
8.buku mengumpulkan yg berserK tsb berapa naskah semua, naskah mana yg paling berkesan
   dan berapa lama munulis buku tsb.
9. Efek hanya pertabyaan, ya jdnya pertanyaannya meng ular. Thanks.

J2:
Om Syukri yang kreatif. Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
Saya menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
Buku  Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu.
Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Yang interview dari dulu sampai kini sudah saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal membuat buku saya laku di pasaran.
Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.

P3 :
Assalamu’alaikum Mr. Bams
Mau tanya kepada Pak Ukim Komarudin
Jika menulis di mayor di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan judul atau setelah kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor, akan di tawari kerja sama lagi setiap tahunnya?
Mohamad Soni Jombang
J3:
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika bertemu penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara.
Saya sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah jilid  belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa kompromi. Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas?

P4 :
Saya ,Sri Budi Handayani dari Gresik mau bertanya Bagaimana mengetahui gaya selingkung penerbit.
J4:
Ibu Sri, saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang itu. Bisa terkuras energi kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis untuk diri saya. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak mendapat konfirmasi sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka menerbitkan dan menjual buku saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi amal yangdipakai kebaikan. Saya kurang suka dengan hal-hal yang diluar jangkauan saya

P5 :
Pertanyaan pertama
Saya dulu menulis banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan.Bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan kedua,saya suka menulis novel.Tapi,kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan yg sama.Misal tokoh terlalu banyak,jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan ketiga,saya mempunyai asisten penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas.Alasan saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan menjadi suka menggambar.Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari sudut pandang bayak orang,tapi apakah langkah itu sudah betul?
Pertanyaan ke empat,karena banyak orang yang membatu saya,apakah mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan penulis,editor,yang dihalaman pertama novel?
Bagaimana cara menulis sesuatu yg sering gagal,agar tidak patah semangat?
Pertanyaan ke enam,saya seringkali menggambarkan isi novel saya dengan kenyataan yang saya alami dan sentuhan unsur fiksi,apakah novel itu kira kira laku dipasaran?
Pertanyaan ke tujuh,saya sering membaca novel remaja lainnya, seperti saga bumi dari Tere Liye, negeri Lima menara dari Ahmad Fuadi dan yang lain.Untuk mencari inspirasi,apakah langkah yang saya lakukan sudah benar?
J5:
Bapak siapa, ya?Diduga Bapak salah memilih kategori ekspresi menulis. Bapak,
harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Mungkin bertahap ya, pak. dari lari jarak pendek karen latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
saya tipe orang yang sering menyembunyikan karaya jika belum final. Saya orang teater, pak. Saya suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang mengejutkan.
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Benar, Pak. Membaca yang banyak dan siapa saja yang Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh
P6:
Nama : makhmud
Asal : gempol pasuruan
Boleh tanya pak ,
1. Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan utk menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan ,
bagaimana memulai menulis buku yang bisa meyakinkan bagi penulis .
J6:
Pak Makhmud yang berani, Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ, bapak punya standar sendiri.
P7 :
ass. wr wb. saya hetty setyoningrum dari smpn 1 kaloran temanggung, jawa tengah...ingin bertanya adakah tips dan trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis(memulainya)? terimakasih. wass.wr.wb
J7:
Sahabatku Hetty, penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju  dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas.  Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif).
Manulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik.
P8:
Yulus Roma - Tana Toraja: Luar biasa pengalamannya pak, pertanyaan saya, apakah gaya bahasa sehari-hari bapak tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana mengolah bahasa sehari-hari agar renyah dibaca orang? Terima kasih.
J8:
Yulus yang baik, pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Yulus akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman Yulus memuji tulisan Yulus, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan Bapak terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Yulus."
Tema-teman yang baik. Ada kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN. (Mohon atas segala kesalahan)
P9 :
Nama saya Fatma Eviana dari Pati
Mohon pencerahan
Apakah menulis artikel atau menulis apa saja ada aturan urutan yg ditentukan seperti menulis penulisan karya ilmiah?
Jika memang ada mohon penjelasan
J9 :
Betul, Ibu Fatma. Semua tulisan ada pagunya. Minimal itu sebagai pegangan dasar. Ke sananya, ketika kita mahir, kita mampu membuat varasi-variasi yang kita kehendaki tetapi tetap berpegang pada pagunya.
P10
Assalamualaikum pak Ukim saya ingin sekali tulisan saya sekarang dikelas menulis ini bisa dibukukan, namun tulisan saya, dibaca sendiri aja, masih acak2 an baik bahasa maupun ejaan penulisannya. Apakah tulisan saya itu bisa dibukukan? Bagaimana dengan bahasa dan ejaannya yg belum sesuai
J10 :
Penanya yang budiman, memang semuanya perlu proses. Ide untuk membukukan hasil pelatihan ini merupakan hal brilyan. Mulailah membukukan dengan niat untuk pribadi terlebih dahulu. Dengan membukukan kita punya basic kemampuan yang akan kita ukur kelak setelah berikutnya berproses. Saya doakan anda merasa adanya kemajuan setelah sekian lama berproses.

P11
Siang..saya Kaswati dari SMKN 1 Nglegok Blitar Mau bertanya Bagaimana langkah kita menulis buku pelajaran yang kita ampu dan bagaimana trik trik jitu agar buku pelajaran yang kita buat bisa di minati para pembaca utamanya kaum pelajar. Terimakasih
J11:
Ibu Kaswati,
Mulailah dengan modul atau serpihan bab sebagai pegangan siswa sendiri. Minta mereka memberikan masukan. Tahun depan, semoga Ibu bisa meningkatkannya menjadi buku sederhana tetapi hanya untuk kalangan sendiri. Mintalah masukan kembali kepada anak-anak terkait banyak hal yang pernah saya jelaskan di awal. Setelah itu, saya yakin akan menjeadi lebih baik sampaik Ibu marasa yakin kalau ini layak untuk diterbitkan.


P12 :
Assalaamu'alaikum pak ukim. Saya sri indayani dari Lamongan. Saya sedang menulis buku pelajaran yang didalamnya banyak gambarnya, ttp sy hanya bisa menggambar sebatas kemampuan sy. Yg saya tanyakan, apakah penerbit akan memperbaiki gambarnya jk bukunya diterima oleh penerbit?
J12:
Ya, Bu. Awalnya mereka akan melihat substansi buku sebagaimana saya jelaskan di atas. Soal gambar dan lain-lain, apalagi  yang sifatnya lipstik, mereka lebih punya stok dan tahu etika pengambilan gambar yang tidak mengundang masalah. Kadang-kadang, saking bagusnya buku Ibu,  mereka mau beli gambar di situs-situs resmi.

P13:
Suminarsih
Pemalang
Pertanyaan: Dari Pengalaman Bapak penerbit yang menawarkan untuk buku bapak diterbitkan. Untuk pemula tentu harus penulis yg mengajukan proposal ke penerbit? Bagaimana prosesnya?
J13 :
Ibu Suminarsih bisa datang sendiri ke penerbit atau mengirimnya lewat pos. Kemasannya: (1) surat yang menjelaskan maksud Ibu; dan  (2) Naskahnya. Ingat, jangan file, tetapi print outnya.
Minta tanda terima jika mengantar langsung dan tanyakan biasanya kapan mendapatkan tanggapan. Syukur jika mendapatkan nomor kontak editornya.

P14
Saya Candra dari Langkat-SUMUT, Pak. Alhamdulillah sy sdh bc buku bpk menghimpun yang berserak. Karya yg luar biasa. Yg mau saya tnyakn Pak, dominan nya apa hal yg paling bnyk dikoreksi oleh pihak editor dan kiranya apa trik bh saya penulis pemula agar bs meminimalisir hal itu? Trimksh
J14 :
Pak Candra, kebetulan saat itu penerbitnya (editornya) jatuh cinta duluan pada tulisan saya. Ia hanya minta persetujuan pembubuhan ilustrasi. Kala itu, saya setuju usulan tersebut sebab illustrator menjadikan buku tersebut lebih menarik.
Kalau bapak ada karya yang mau ditawarkan, segera saja kirimkan. Siapa tahu nasib baik sedang berada di Bapak.

P15 :
Selamat sore pak Ukim, saya grefer pollo dari kupang NTT, Berdasarkan pengalaman bapak pribadi, apa kelebihan dan kekurangan jika penulis sebagai editor dari tulisannya dan orang lain (bukan penulis) sebagai editor? Terima kasih.
Pak Grefer, maksudnya dalam keseharian tugas Bapak sebagai editor, ya? Wah itu hebat, Pak. Sebab Bapak sudah tahu apa yang harus Bapak kerjakan. Adapun ada orang lain yang mau dan mampu mengedit tulisan Bapak, itu nasib baik. Semoga Tulisan bapak menjadi lebih berkualitas.

P16 :
Salam sejahtera pak Ukim. Saya mempunyai pengalaman yang mirip dengan bapak Ukim. Bedanya pada konteks dan kondisi. Saya berada di pedesaan pedalaman Timor yang akses ke penerbit tidak sama. Penerbit di Kota Kupang yang saya temui pertama kali untuk mengantarkan apa yang kira-kira idem dengan milik pak Ukim, Menghimpun yang Berserak; Punyaku kusebut, Catatan Seorang Guru Daerah Terpencil.
Mula-mula pimpinan penerbit tidak percaya kalau saya penulisnya, berhubung yang saya bawa itu fotokopian dari potongan-potongan koran dimana opini-opini saya diterbitkan. Beruntungnya, saya punya Kartu anggota PGRI. Saya tunjukkan. Ia percaya bahwa saya guru, namun kelihatan pula keraguannya. Saya harus menjelaskan berulang. Nah, saya sadar. Saya datang dari kampung. Tampilan memang kampungan, tidak nampak wajah sebagai penulis., Belum lagi penilaian apakah saya berdompet.
Semua itu saya alami. Akhirnya melalui proses panjang berbelit, buku pertama terbit tahun 2015, minta Penerbit sekaligus yang punya percetakan menggandakan sebanyak 200 eksemplar. Nah, kesulitan lain muncul. Masyarakat pendidikan kami (mungkin daerah lain berbeda dengan kami di pedesaan), belum punya kebiasaan membaca. Mana mungkin membeli buku apalagi dari penulis kelas kampung.
Itu romantikanya saya merambah dunia kepenulisan secara otodidak. Hari ini bapak Ukim berbagi pengalaman, saya ingin bertanya, Bagaimana bapak membangkitkan minat baca lingkungan sekitar bapak?
Roni Bani _Kab Kupang
J16:
Pak Roni Bani, yang pekerja keras.
Saya merasa malu membaca pengalaman Bapak yang luar biasa. Saya tidak punya kesulitan yang berate dibanding pengalaman bapak yang berbelit untuk menghasilkan karya. Saya yakin harus ada terobosan baru dalam pemasaran buku Bapak karena jika mengandalkan sebatas teman-teman sekitar, buku itu hanya menjadi “kuntum”. Dia tidak “mekar” apalagi “berbuah” banyak.
Bapak yang ulet, berusahalah  bicara dengan penerbit lain yang mungkin bisa menerbitkan di wilayah yang lebih besar kemungkinan pembacanya. Semoga Bapak beruntung.

P17
Sri sulastri dr SMKN 2 Bojonegoro, jatim Kenapa editor ada yg TDK mengedit naskah buku?
J17:
Ya, Bu Sulastri. Mungkin ada editor yang tidak kompeten. Kita jadi repot karena begitu dami sampai di kita, kita jadi sibuk membetulkan yang menurut kita salah. Celakanya, pengalaman saya itu tanda-tanda penerbit tak berkualitas.
P18
Assalamu'alaikum. Saya Uri dari Majalengka Jawa Barat, ingin menanyakan kepada Bapak, "Apakah setiap buku yang kita ajukan untuk diterbitkan selalu diawali dengan inteview terlebih dahulu?" Trima kasih.
J18:
Ibu Uri,
Interview itu tanda-tanda naskah kita dilirik. Berbahagialah Ibu karena diduga naskah ibu diperhitungkan. Jangan meniru gaya saya yang awam. Untung masih rezeki meski kemudian saya baru menanggapi, saya masih diperhatikan penerbit. Kadang-kadang, naskah kita diterlantarkan oleh mereka tanpa kabar.
P19
Assalamualaikum. Mr. Bams... Saya ika siswati dari tangerang.. Maubertanya kepada bp. Ukim mengenai sistem kerja sama yang saya baca di power point,... Di situ d tuliskan bahwa sistem kerja sama itu ada royalti dan pembelian naskah....Boleh dijelaskan mengenai pembelian naskah pak...terima kasih...
J19:
Ibu Ika, ada dua sistem kerjasama. Pertama, naskah dibiayai hingga terbit dengan nama penulis sebagai pencipta buku dipertahankan. Sebagai gantinya, pihak penerbit menawarkan royalty sebagai pengahasilan penulis dengan rentang 10% s.d. 12%). Artinya, penghasilan atau keuntungan sisanya milik penerbit.
Kedua, naskah dibeli oleh penerbit. Anda sebagai penulis tak lagi berhak mencantumkan nama karena hak naskah sudah anda jual. Biasanya harga naskah tinggi hingga ratusan juta rupiah.
P20
Saya Rachmi dari Banyuwangi Jujur saya gagap menulis artinya masih harus belajar banyak hal spt sekarang mengikuti belajar menulis, saya punya keinginan awal bisa menulis di buletin...apakah ada syarat2 khususnya?
J20
Ya, Ibu Rachmi. Tanyakan kepada pengasuhnya atau contek naskah bulletin yang telah ada. Umpamanya, yang saya tahu. Naskah paling banyak 4 halaman HVS ukuran A4 diketik spasi ganda  dengan margin standar. Biasanya seperti itu. Baik juga jika Ibu bertanya kepada pengasuhnya.

P21
Assalamu'alaikum
Saya Suminar Dari Tangerang. Mohon maaf kepo, untuk memotivasi diri saya, sejak kapan bapak mencurahkan ekspresi diri dalam tulisan sehingga menjadikan menulis adalah kebutuhan. Dan di media apa saja bapak mengawali menulis. Terima kasih
J21:
Sdr. Suminar,
Saya mulai menulis sejak mahasiswa tahun terakhir. Saya mulai berkarir sebagai jasa pengetik naskah teman yang kebetuan sudah mapan dalam menulis. Sebenarnya, saya mencuri cara berpikir dan berproses dia sejak awal. Dan saya berhasil.
 P22
terimakasih. saya naharuddin NTB. terkait. dg karya tercetak jadi buku yg kemjdian menjadi judulnya "menghimpun yg berserak" .sepertinya saya pinya karnya berserak berupa artikel. koran.. Apakah ada peluang dibukukan. Tulisannya tidak boom pak
J22:
Bapak Naharuddin yang baik,
Wah itu hebat, Pak. Sejumlah artikel itu Bapak kumpulkan berdasarkan tema. Kemudian bapak lengkapi sesuai dengan isu kekinian sehingga naskah itu pas dengan situasi kini. Tolong Pak jangan disia-siakan. Sepertinya untuk menjadikannya sebagai buku, Bapak sudah setengah jalan tuh.

C.      PPT
Tim Pembuat Buku
1.       Penulis : membutuhkan naskah
2.       Tim editorial
Editor, Desainer, Ilustrator( membutuhkan gambar), Layouter
Naskah
Naskah adalah hasil karya yang menjadi tanggung jawab penulis dalam penerbitan sebuah buku. Seluruh kebutuhan naskah (gambar, foto, infografis, dll.) diatur oleh editor sebagai pengawal naskah, dan dibantu oleh desainer, ilustrator, serta layouter untuk menyelesaikannya.
Naskah dapat dikirimkan melalui pos atau diantar langsung ke alamat Penerbit dengan mencantumkan genre tulisan pada amplop
Alur Pembuatan Buku
1.       Penulis menyusun naskah lalu mengirimnya ke penerbit
2.       Editor menyaring naskah.
Penulis melengkapi data administrasi & kontrak.
3.       Editor mengawal naskah:
-          Proses koreksi
-          Penambahan ilustrasi
-          Pembuatan sampul
4.       Naskah ditata letak sesuai kebutuhan cetak
5.       Proses cetak
6.       Distribusi
Detail Tugas Tim Editorial
Editor
•       Mencari & menyeleksi naskah/penulis.
•       Mengawal naskah mentah hingga menjadi buku.
•       Melengkapi data administrasi penerbitan naskah.
•       Mencari gambar untuk melengkapi isi buku jika diperlukan.
•       Mengoordinasikan kebutuhan ilustrasi dan foto kepada desainer dan ilustrator.
•       Bekerja sama dengan layouter untuk rancangan tata letak dan perubahan konten seiring koreksi.
•       Membantu proses promosi buku.
Desainer
•       Membuat sampul buku yang sesuai dengan isi buku dan menarik perhatian pembaca
•       Berkoordinasi dengan editor untuk kebutuhan desain seperti templat naskah, foto, infografis, dsb.
•       Membuat alat promosi penerbitan untuk buku seperti flyer, brosur, dan lain-lain.
Ilustrator
•       Membuat gambar sesuai dengan kebutuhan isi buku
•       Gambar harus bagus dan menarik
Layouter
•       Menyatukan tulisan dan gambar dalam halaman buku sehingga enak untuk dibaca.
•       Berkoordinasi dengan editor untuk setiap koreksi dan perubahan-perubahannya
•       Menyiapkan segala kebutuhan berkas-berkas digital yang diperlukan oleh bagian percetakan

Cara Menjadi Penulis
Rajinlah Membaca
Pertajam wawasan dan penguasaan materi Anda, termasuk teknik penulisan.
Mulailah Menulis
Pilih tema tulisan dan cara Anda akan memaparkannya.
Terus Motivasi Diri
Yakinkan diri Anda untuk mampu menyelesaikan tulisan Anda
Selesaikan Tulisan Anda
Rapikan karya Anda agar siap untuk diulas oleh penerbit dan diterbitkan
Kriteria Naskah
•       Naskah harus merupakan karya asli
•       Belum pernah dipublikasikan penerbit lain
•       Memiliki jalan cerita yang menarik
•       Naskah ditulis dengan rapi (logis dan sistematis)
•       Memiliki peluang pasar yang baik
•       Tidak menimbulkan kontroversi, terutama berhubungan dengan moral dan agama
•       Tidak merupakan karya plagiat
•       Lengkapi dengan sinopsis
•       Sertakan kelebihan dan kekurangan naskah yang Anda miliki dibandingkan dengan buku-buku bertema serupa yang sudah beredar di pasar.
Prosedur
•       Jika naskah telah memenuhi kriteria di atas. Kirimkan naskah Anda dengan prosedur (lengkap) berupa print out atau dalam bentuk CD ke: Departemen Editorial Penerbit. Sertakan informasi sbb:
– Surat pengantar.
– CV (Daftar Riwayat Hidup) dengan alamat lengkap, nomor telepon, dan alamat email yang dapat dihubungi.
•       Jika dalam waktu 3 bulan tidak ada konfirmasi dari pihak Penerbit, maka naskah tersebut tidak lolos seleksi penerbitan. Apabila naskah layak terbit, penerbit akan memberikan kabar via surat dan telepon, dan dilanjutkan dengan pengajuan pembayaran
Kondisi Naskah yang Prima
1.      Ide Orisinil
Materi dapat dipertanggungjawabkan, bukan plagiat.
2.       Tulisan Siap Baca
Komprehensif, alur tulisan baik, bahasa mudah dipahami target pembaca yang dipilih, EYD sempurna
3.       Penting & Perlu
Informasi yang disajikan up to date dan berguna
4.       Lengkap dan Jelas
Sudah diketik komputer, dilengkapi print out, sinopsis, foto/ilustrasi orisinil, dan proposal target pembaca

Mengapa Suatu Naskah Ditolak?
  1. Kurang nilai ekonomisnya
  1. Materi/Judul tidak sesuai dengan fokus bisnis Penerbit
  1. Sudah ada buku sejenis di Penerbit
  1. Penulis tampak kurang menguasai materi
  1. Penulis tampak tidak mampu menuangkan idenya dengan baik, sekalipun penulis menguasai materi.
  1. Penuhnya kapasitas produksi Penerbit (masuk dalam penundaan terbit)
Sistem Kerja Sama
1.         1.   Royalti
            Besaran royalti 6-10%, sangat bergantung dari naskah, (materi, luas pasar, juga kredibilita  
            penulis). Dibayar setiap 6 bulan sekalI setelah buku terbit.
  1. Pembelian Naskah
          Naskah juga dimungkinkan untuk dibeli dengan sistem beli putus, dengan perlakuan khusus.
          Catatan: Penulisan naskah bisa dilakukan secara kelompok.











 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar